Akses internet rakyat di Indonesia kini telah mencapai angka yang mengesankan. Menurut survei terbaru dari APJII, penetrasi internet di Indonesia telah mencapai 80,66%, atau sekitar 229 juta pengguna dari total populasi. Namun, masih ada kesenjangan yang perlu diatasi untuk memastikan semua lapisan masyarakat dapat menikmati manfaat dunia digital.
Kami melihat perkembangan akses internet rakyat sebagai hal yang sangat penting, terutama karena internet bukan lagi kemewahan, tetapi sudah menjadi kebutuhan dasar. Dengan hadirnya layanan seperti pusat internet akses rakyat dan berbagai program inovatif, akses penduduk rakyat warga negara terhadap koneksi digital semakin dipermudah. Bahkan, kini tersedia layanan 5G FWA dengan tarif flat sekitar Rp100.000 per bulan yang menawarkan kecepatan hingga 100 Mbps tanpa batas kuota data.
Generasi Z dan pelaku UMKM menjadi motor penggerak ekonomi digital saat ini. Mereka sangat membutuhkan koneksi yang stabil untuk berinovasi dan berkembang. Oleh karena itu, dalam artikel ini, kami akan membahas secara lengkap tentang apa itu internet rakyat, mengapa penting di tahun 2025, bagaimana implementasinya, dan manfaatnya bagi masyarakat Indonesia.
Apa Itu Internet Rakyat?
Internet rakyat merupakan inisiatif nasional yang bertujuan menyediakan akses internet murah dan stabil bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Berbeda dengan program internet konvensional, program ini tidak sekadar tentang konektivitas, tetapi lebih dari itu—merupakan gerakan untuk memastikan keadilan akses digital.
Konsep ini lahir dari kesadaran bahwa kesenjangan digital dapat memperlebar kesenjangan sosial. Oleh karena itu, internet rakyat hadir sebagai solusi inklusif agar semua warga memiliki kesempatan yang sama dalam mengakses dunia digital. Melalui kolaborasi antara pemerintah, penyedia layanan, dan komunitas digital, program ini didorong untuk mencapai tujuan nasional.
Sebagai bentuk nyata komitmen pemerintah, Satelit Republik Indonesia (SATRIA)-1 dioptimalkan untuk memperkuat penyediaan akses internet di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Bahkan, layanan SATRIA-1 akan mencakup daerah yang belum memiliki akses internet atau blank spot area.
Selain itu, pemerintah juga mendukung inisiatif komunitas yang memanfaatkan teknologi sederhana namun kreatif untuk menyediakan konektivitas di tempat-tempat terpencil. Prinsip utama dalam program ini adalah "no one left behind"—tidak ada warga yang tertinggal dalam perjalanan menuju bangsa digital.
Pada intinya, internet rakyat bertujuan memberikan dampak pada tiga area penting: penyediaan akses rakyat yang terjangkau, pendorong UMKM digital, dan penguatan ketahanan digital nasional dalam sektor pendidikan, kesehatan, serta pelayanan publik.
Mengapa Akses Internet Rakyat Penting di 2025
Pada tahun 2025, peran internet telah berubah dari sekadar alat komunikasi menjadi komponen vital pembangunan nasional. Sektor pendidikan mengalami revolusi signifikan dimana internet membuka akses luas terhadap sumber belajar digital seperti e-book, jurnal ilmiah, hingga kelas daring. Dengan demikian, proses belajar menjadi lebih fleksibel dan personal.
Selain itu, akses internet rakyat menjadi kunci pemberdayaan ekonomi. Data menunjukkan terdapat sekitar 15.000 UMKM lokal yang bertumbuh di Lampung Selatan berkat konektivitas digital. Bagi pelaku usaha seperti Eka, pemilik Pempek Belle, pemasaran online telah membuka pasar hingga ke seluruh Indonesia bahkan luar negeri.
Namun, ketimpangan akses internet masih menjadi tantangan serius. Daerah 3T hanya menyumbang 1,91% dari total pengguna internet nasional. Tanpa pemerataan akses, kesenjangan sosial dan ekonomi akan semakin melebar.
Di bidang kesehatan, teknologi digital memungkinkan layanan konsultasi dokter secara online, sehingga mempersingkat waktu tunggu pasien. Aplikasi pemantau kesehatan seperti penghitung langkah kaki dan detak jantung juga mendukung pola hidup sehat.
Oleh karena itu, meningkatkan akses rakyat terhadap internet menjadi prioritas nasional. Program seperti Kampung Internet 2025 dan teknologi FWA 5G menjadi solusi strategis untuk menjembatani kesenjangan digital di Indonesia.
Bentuk Implementasi dan Contoh Nyata
Program internet rakyat telah memasuki fase implementasi nyata di berbagai daerah Indonesia. Berdasarkan data terbaru, masih terdapat 2.333 desa di Indonesia yang belum memiliki koneksi internet dan 2.017 desa tanpa layanan 4G. Selain itu, sekitar 15.000 desa belum memiliki koneksi internet yang berkualitas baik.
Namun, kemajuan signifikan telah dicapai melalui program Internet Desa yang telah menjangkau 599 desa sejak 2022 hingga 2024. Pemerintah daerah juga menunjukkan inisiatif serupa, seperti Pemerintah Kabupaten Jombang yang meluncurkan "WiFi Rakyat" yang menjangkau 306 desa dan kelurahan serta 6 taman kota.
Untuk mendukung akses rakyat di daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal), pemerintah melalui BAKTI (Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi) telah membangun infrastruktur Base Transceiver Station (BTS) 4G. Upaya ini memungkinkan daerah yang sebelumnya sulit terjangkau seperti Dusun Kedungdendeng dan Desa Jipurapah kini dapat menikmati akses internet.
Baca juga : Kenali Risiko Finansial Jika Tidak Memiliki Asuransi
Di sektor pendidikan, Kementerian Komunikasi dan Digital menyediakan akses internet berkecepatan 100 Mbps untuk Sekolah Rakyat. Inisiatif ini merupakan bagian dari program transformasi pendidikan berbasis digital yang digagas oleh Presiden.
Pemerintah kota seperti Tanjungpinang juga menyediakan 46 titik WiFi publik gratis di area perkantoran kelurahan, kecamatan, taman kota, dan fasilitas umum. Di Padang Pariaman, layanan serupa tersedia di kantor wali nagari, sekolah, puskesmas, ruang terbuka hijau, dan destinasi wisata.
Kesimpulan
Akses internet berkualitas seharusnya menjadi hak setiap warga Indonesia, bukan hanya mereka yang berada di kota-kota besar. Dengan penetrasi internet yang mencapai 80,66%, Indonesia memang telah membuat kemajuan pesat. Namun demikian, masih ada jutaan warga kita yang belum terjangkau layanan digital.
Program internet rakyat hadir sebagai jawaban atas tantangan tersebut. Melalui berbagai inisiatif seperti SATRIA-1, WiFi Rakyat Jombang, dan program Internet Desa, kita menyaksikan bagaimana konektivitas digital mampu mengubah nasib masyarakat. Bahkan daerah terpencil yang sebelumnya terisolasi kini dapat terhubung dengan dunia luar.
Untuk sektor ekonomi, keberadaan internet membuka peluang baru bagi UMKM. Ribuan pengusaha kecil di berbagai daerah termasuk Lampung Selatan kini bisa memasarkan produk mereka secara nasional bahkan internasional. Selain itu, layanan kesehatan dan pendidikan juga mengalami peningkatan kualitas berkat adanya konektivitas digital.
Tentu saja tantangan masih ada di depan mata. Sekitar 2.333 desa masih belum terjangkau internet, sementara 15.000 desa lainnya masih kesulitan mendapatkan koneksi berkualitas. Kesenjangan digital ini harus segera diatasi jika kita ingin mewujudkan prinsip "no one left behind".
Kami percaya, dengan kolaborasi antara pemerintah, penyedia layanan, dan komunitas digital, internet rakyat akan terus berkembang. Kebijakan harga terjangkau sekitar Rp100.000 untuk layanan 5G dengan kecepatan hingga 100 Mbps tanpa batas kuota merupakan langkah tepat menuju Indonesia digital yang inklusif.
Pada akhirnya, internet rakyat bukan sekadar tentang teknologi. Program ini adalah perwujudan komitmen bersama untuk memastikan setiap warga Indonesia memiliki kesempatan yang sama dalam mengakses informasi, pendidikan, layanan kesehatan, dan peluang ekonomi di era digital. Ketika seluruh rakyat Indonesia terhubung, potensi bangsa kita akan benar-benar teroptimalkan.
Posting Komentar